MOHON AKTIFKAN JAVASCRIPT ANDA!
[KLIK DI SINI PETUNJUKNYA]

Materi Dasar Haal dan Shohibul Haal

HAAL merupakan keterangan kondisi / keadaan untuk menjelaskan keadaan sebuah subjek yaitu SHOHIBUL HAAL. Perhatikan contoh dibawah ini:

* ذَهَبَ خَالِدٌ رَاكِبًا = Khalid pergi dengan berkendaraan.

Kalimah (kata) رَاكِبًا merupakan HAAL sebagai penjelasan bagaimana cara Khalid (subjek) pergi. Sedangkan Khalid adalah SHOHIBUL HAAL (pemilik keadaan).

Pada jumlah fi'liyyah, haal bisa digunakan untuk menjelaskan keadaan fa'il atau maf'ul bih. Contoh:

* جَاءَ زَيْدٌ مُتَبَسَّمًا = Zaid datang dengan tersenyum.
* رَأَيْتُ زَيْدً بَاكِيًا = Aku melihat zaid menangis.

KAIDAH HAAL

Materi ini mudah untuk dipahami dengan mengingat beberapa kaidah haal berikut ini:

- Haal harus NAKIROH
- Haal harus MANSHUB
- Shohibul hal harus MA'RIFAH
- Haal dan shohibul haal harus sama dari segi JENIS dan BILANGANNYA.

SELENGKAPNYA

Fi'il Amar Ghoib dan Fi'il Amar Hadhir

Materi fi'il amar dalam pembahasan ini berfokus pada amar ghoib bukan untuk mukhothob. Materi ini telah penulis verifikasi di sejumlah kalam masyhur termasuk matan hadits untuk memastikan apakah kaidah benar-benar ada dan digunakan.
 

1. FI'IL AMAR GHOIB

 
Fi'il amar ghoib asalnya dari fi'il mudhori' lil ghoib. Fi'il tersebut kemudian dimasuki LAM AMAR dengan harokat KASROH, lalu huruf terakhir pada fi'il disukun atau dibuang (hadzfu). Berikut contohnya untuk ghoib mufrod mudzakkar.
 
a. Fi'il Amar Ghoib Shohihul Akhir
 
Jika huruf terakhir dari fi'il amar ghoib adalah SHOHIHUL AKHIR maka ia DISUKUN. Berikut contohnya:
- Fi'il mudhori': يَضْرِبُ = ia sedang / akan memukul.
- Fi'il amar ghoib: لِيَضْرِبْ = memukullah ia / hendaklah ia memukul.
 
b. Fi'il Amar Ghoib Mu'tal Akhir
 
Jika huruf terakhirnya berupa HURUF 'ILLAT (alif, ya, waw) yang dikenal dengan istilah MU'TAL AKHIR, maka wajib MEMBUANG (HADZFU) huruf terakhir tersebut. Berikut contohnya:
- Fi'il madhi: غَذَا = dia telah menyerang
- Fi'il mudhori': يَغْزُوْ = dia sedang / akan menyerang
- Fi'il amar ghoib: لِيَغْذُ = hendaklah ia menyerang
 
c. Fi'il Amar Ghoib Pada Af'alul Khomsah
 
Jika ia salah satu dari AF'ALUL KHOMSAH (FI'IL YANG LIMA) maka wajib membuang NUN pada af'alul khomsah. Contohnya:
- Fi'il mudhori': يَضْرِبُوْنَ = mereka sedang / akan memukul.
- Fi'il amar ghoib: لِيَضْرِبُوا - hendaklah MEREKA memukul.
 
d. Dimasuki Huruf Tertentu
 
Perhatikan! Jika fi'il amar ghoib dimasuki فَ , و, ثُمَّ maka LAM AMAR dibaca SUKUN.
- Contoh 1: وَلْيَضْرِبْ DAN hendaklah ia memukul
- Contoh 2: فَلْيَدْرُسُوا = MAKA hendaklah mereka belajar
 

2. FI'IL AMAR HADHIR

 
Ketika pertama kali belajar Nahwu Shorof, Anda akan diperkenalkan dengan pembagian fi'il yaitu fi'il madhi, fi'il mudhori' dan fi'il amar (yang ditujukan untuk mukhothob). Karena ia untuk mukhothob, maka ia dinamakan juga fi'il hadhir menurut referensi penulis.
Kaidahnya sama seperti di atas, bedanya pada amar ini tidak membutuhl LAM, contohnya untuk mu'tal akhir yaitu: تَغْزُو menjadi اُغْزُ (waw dibuang). 

Penulis tidak akan membahas fi'il amar ini di sini, insyaAllah akan dibuat postingan tersendiri untuk bahasannya.
SELENGKAPNYA

Sifat Musyabbahah

Dari 6 tabel wazan fi'il tsulaatsiy mujarrod, salah satunya memiliki wazan فَعُلَ - يَفْعُلُ, yang mana keseluruhan fi'il berwazan ini adalah FI'IL LAZIM dan memiliki makna SIFAT. Oleh karenanya seluruh fi'ilnya tidak memiliki tashrif ke isim fa'il, maf'ul bih, amar dan nahyi.

Untuk isim fa'ilnya digantikan oleh sifat musyabbahah. Dinamakan demikian karena ia serupa isim fa'il. Dan dari sifat musyabbahah ini Anda akan mengerti asal isim sifat (na't) diturunkan dari fi'il berwazan seperti apa.

Contoh:

- Fi'il madhiy: حَسُنَ
- Fi'il mudhori': يَحْسُنُ
- Masdar: حُسْنًا
- Sifat musabbahah: حَسَنٌ

Karena fi'il dengan wazan ini tidak memiliki fi'il amar, maka sebagai gantinya kita bisa mengatakan "كُنْ حَسَنًا = jadilah baik". Kalimah حَسَنًا berubah manshub karena menjadi isim maf'ul zhohir dari kalimah كُنْ.

WAZAN SIFAT MUSABBAHAH


Wazan pada sifat musabbahah adalah sama'i, tapi umumnya berwazan فَعِيْلٌ kemudian فَعْلٌ atau فَاعِلٌ.

Contoh: كَبُرَ - يَكْبُرُ (besar) maka sifat musabbahahnya كَبِيْرٌ mengikuti wazan فَعِيْلٌ.

Biasanya untuk antonimnya juga menggunakan wazan yang sama. Misalnya كَبُرَ (besar) antonimnya adalah صَغُرَ (kecil) dan sifat musabbahahnya صَغِيْرٌ.

Adapun kalimah (kata) كَبِيْرٌ dalam isim dikategorikan sebagai isim sifat yang masuk dalam pembahasan na't - man'ut.

Contoh: بَيْتٌ كَبِيْرٌ = rumah besar

PERBEDAAN ISIM FA'IL DAM SIFAT MUSABBAHAH


Perbedaan menggunakan isim fa'il sebagai khobar dengan isim sifat musyabbahah sebagai sifat pada kalimah isim adalah sebagai berikut:

* Jika isim fa'il sebagai khobar maka ia bermakna 'ARIDHI yaitu hanya sekali-sekali atau bersifat sementara.

Contoh: خَالِدٌ جَالِسٌ = Khalid duduk. Maksudnya Khalid adalah orang yang sedang duduk dan tidak selamanya duduk.

* Sedangkan isim sifat musyabbahah memiliki makna selalu atau selamanya.

contoh: ذٰلِكَ بَيْتٌ كَبِسْرٌ = itu rumah besar. Artinya rumah itu ukurannya tetap besar selamanya.

SIFAT MUSABBAHAH DARI WAZAN FI'IL YANG BERBEDA


Sifat musyabbahah juga bisa diturunkan dari fi'il lazim dengan wazan yang berbeda.

Contoh: فَطِنَ kemudian didapatkan sifat musyabbahah فَطِنٌ (cerdas).

Dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik, implementasi sifat musabbahah dalam jumlah menggunakan istilah "maushuf - maushuf lafazh".

Contoh: ثَوْبٌ جَمِيْلٌ = baju bagus. Kalimah جَمِيْلٌ sebagai maushuf, sedangkan ثَوْبٌ sebagai maushuf lafazh.

TIPS MENCARI FI'IL DARI ISIM SIFAT


Setelah memahami tashrifan pada sifat musabbahah diatas, itu akan membantu kita untuk mencari fi'il dari sebuah isim sifat. Misalnya untuk kalimah كَبِيْرٌ berasal dari fi'il كَبُرَ, maka untuk isim sifat lainnya besar kemungkinan mengikuti wazan yang sama yaitu فَعُلَ, atau mengikuti wazan fi'il lazim lainnya. Selanjutnya kita tinggal melakukan verifikasi di kamus online untuk memastikan kebenaran.

Disimpulkan dari Kitab Alfiyah dan kitab lainnya SELENGKAPNYA

Tasrif Lughowi Fi'il Mu'Tal Akhir

Dinamakan sebagai fi'il mu'tal akhir karena huruf terakhirnya berupa huruf 'illat (و, ي, ا). Jadi jika Anda menemukan fi'il yang diakhiri dengan huruf 'illah maka ia dikategorikan fi'il mu'tal akhir.

Tashrif lughowi pada fi'il mu'tal memiliki qoidah yang berbeda dengan fi'il shohih. Untuk memahaminya lebih rinci Anda perlu memahami materi I'LAL. Namun disini penulis mengambil bagian mudahnya saja dan hanya fokus pada tashrif fi'il mu'atal akhir, baik perubahan fa'il isim dhomirnya atau perubahan ke bentuk mudhori'.

MENGETAHUI ASAL ALIFNYA


Dalam pembahasan ini penulis memgambil contoh kalimah fi'il دَعَا yang artinya "menyeru". Kalimah دَعَا diakhiri huruf 'ilah yaitu ALIF. Nah, salah satu tips untuk mengetahui asalnya alif ini bisa dengan cara melihat tashrif fi'il mudhori'nya yaitu يَدْعُوْ. Maka didapati lah huruf WAWU sebagai asal ALIF dari kalimah دَعَا. Karena huruf asalnya wawu maka kalimah دَعَا disebut sebagai BINA' NAQISH WAWI.

Lalu apa manfaatnya kita mengetahui asal hurufnya?

Huruf asal tersebut akan berfungsi ketika fi'il mu'tal akhir dimasuki fa'il isim dhomir. Berikut contoh tashrif lughowinya:

1. FI'IL MADHI MU'TAL AKHIR


- دَعَا = dia menyeru.
- دَعَتْ = dia (pr) menyeru. Alif dibuang karena mencegah bertemunya dua sukun.
- دَعَوْتُ = saya menyeru. WAWU berfungsi dengan sukun.
- دَعَوَا = dia berdua menyeru. WAWU berdungsi dengan fathah.
- دَعَوْتَا = dia berdua (menyeru). WAWU berfungsi dengan sukun.
- دَعَوْا = mereka menyeru. WAW berfungsi dengan sukun.

Untuk fa'il isim dhomir lainnya silahkan mengambil contoh diatas.

2. FI'IL MUDHORI' MU'TAL AKHIR


- يَدْعُوْ = dia sedang / akan menyeru.
- يَدْغُوا = mereka sedang / akan menyeru.

Pada AF'ALUL KHOMSAH huruf 'illahnya dibuang. Jadi WAWU pada يَدْعُوا merupakan bagian dari ghoib jama'.

3. FI'IL AMAR & NAHI MU'TAL AKHIR


Adapun jika ditashrif ke fi'il amar maka huruf 'illahnya dibuang contoh:

ادْعُ إِلٰى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ...
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah..."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 125)

Seagaimana implementasinya pada fi'il amar, begitupula qoidahnya pada fi'il nahi.

PERHATIAN!


Materi yang penulis bahas disini adalah fi'il mu'tal akhir. Adapun bila sebuah fi'il memiliki huruf 'illah ditengahnya dan bukan di akhir seperti قَلمَ maka itu disebut sebagai FI'IL MU'TAL. Qoidah yang berlaku padanya juga berbeda. Sehingga jalan satu-satunya untuk mengetahui perubahan pada fi'il mu'tal adalah dengan mempelajari i'lal.

Disusun dari Kitab Alfiyah dan memverifikasi qoidah pada sejumlah matan hadits SELENGKAPNYA

Jazm Dengan Satu Fi'il

Sebelumnya perlu Anda ketahui bahwa JAZM hanya masuk pada fi'il saja yaitu fi'il mudhori' dan fi'il nahi. Jazm pada fi'il mudhori' dibagi menjadi dua kelompok yaitu jazm dengan SATU FI'IL dan jazm dengan DUA FI'IL. Khusus untuk materi ini penulis hanya membahas jazm dengan satu fi'il sebagai materi dasar jazm.

ALAMAT JAZM


Jazm memiliki dua alamat i'rob yaitu sukun dan membuang (hadzfun). Berikut qoidah implementasi jazm:

* Jazm pada fi'il mudhori' shohihul akhir maka mu'robnya dengan adanya sukun di atas huruf terakhir.

Contoh: لَا تَكْتُبْ = jangan kamu menulis! Asalnya dari fi'il mudhori' كَتَبَ.

* Jazm pada fi'il mudhori' mu'tal akhir maka murobnya dengan membuang huruf 'illahnya.

Contoh: لَا تَغْذُ = jangan kamu menyerang! Asalnya dari fi'il mudhori' تَغْذُوْ, lalu ketika majzum dengan lam nahi maka huruf WAWU-nya dibuang.

* Jazm pada AF'ALUL KHOMSAH maka mu'robnya dengan nembuang huruf NUN.

Contoh: لَا تَكْتُبِي = jangan kamu (pr) menulis, atau لَا تَكْتُبُوا = jangan kalian menulis, dst. Asal kedua fi'il nahi diatas dari fi'il mudhori' تَكْتُبِيْنَ dan تَكْتُبُوْنَ.

Sebenarnya penjelasan jazm diatas tidak lain juga penjelasan untuk fi'il nahi. Jadi jika Anda bertanya bagaimana cara kerja fi'il nahi itu maka contohnya pembahasan diatas.

AMIL / ADAWAT JAZM


Adapun yang menjadi amil-amil untuk jazm dengan SATU FI'IL yaitu أَلَمَّا, أَلَمْ, لَمَّا, لَمْ, ل, لَا. Karena لَا nahi telah penulis jelaskan diatas, maka selanjutnya penulis hanya akan membahas 5 amil jazm saja.

1. LAM AMAR (ل)


Huruf ل amar dengan harokah kasroh adalah amil yang hanya masuk pada fi'il mudhori'. Contoh:

- لِيَدْرُسْ = hendaknya ia belajar
- لِتَغْذُ = hendaknya kamu memerangi
- لِتَخْرُجُوا = hendaknya kalian keluar

Jika amil ini dimasuki huruf ف atau و maka LAM berubah sukun, contoh:

- فَلْيَضْرِبْ = maka hendaknya ia memukul

Perlu diketahui bahwa ia disebut LAM AMAR ketika kalimat dilafazhkan oleh yang lebih tinggi kedudukannya kepada yang dibawahnya, seperti perintah Allah keada hambaNya. Namun sebaliknya apabila ia dari yang rendah kedudukannya kepada yang lebih tinggi maka ia disebut LAM DU'A (do'a). Dinamakan demikian dalam rangka adab. Contohnya seperti seorang budak yang memohon kepada tuannya atau seperti seorang hamba yang berdo'a kepada Allah. Tapi jika yang memerintah dan yang diperintah sama kedudukannya maka ia disebut LAM ILTIMAS.

Fi'il dengan LAM AMAR secara peruntukkan dibagi dua yaitu AMAR HADHIR (untuk mukhothob) dan AMAR GHOIB (untuk ghoib).

2. LAM NAFI (لَمْ)


Amil ini hanya masuk pada fi'il mudhori'. Huruf لَمْ nafiyyah sebagai amil jazm memiliki sighot QOLB yaitu merubah zaman yang ada pada fi'il mudhori' (hal dan mustaqbal) menjadi zaman yang telah lampau (madhi). Contoh:

- لَمْ أفْحَمْ الدَّرْسَ = saya tidak / belum faham pelajaran itu

Makna kalimat diatas bahwa si pelaku belum faham dengan pelajaran tersebut sampai waktu yang tidak ditentukan.

Huruf LAM NAFI ini bisa didahuli oleh amil jazm untuk dua fi'il seperti إِنْ, akan tetapi dengan konsekuen zamannya akan berubah menjadi mustaqbal.

3. LAMMA NAFI (لَمَّا)


Amil ini juga termasuk huruf nafi yang memiliki sighot yang sama dengan LAM NAFI di atas. Contoh:

- لَمَّا أَفْحَمْ الدَّرْسَ = saya tidak / belum faham pelajaran itu.

Maknanya bahwa si pelaku belum faham dengan pelajaran tersebut sampai waktu sekarang ini (hal). Bedanya dengan LAM NAFI bahwa LAM NAFI berlaku sampai waktu yang tidak ditentukan. Kemudian huruf LAMMA NAFI ini tidak boleh digunakan pada kejadian yang tidak mungkin terjadi. Jadi untuk kasus seperti itu yang digunakan adalah LAM NAFI. Contohnya:

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan."
(QS. Al-Ikhlas 112: Ayat 3)

Makna LAM NAFI pada ayat diatas mengabarkan bahwa kata kerja يلد tidak akan pernah terjadi pada Allah 'azza wa jalla.

Huruf LAMMA ini tidak boleh berada sebelum ataupun sesudah amil syarat yaitu amil jazm dengan dua fi'il.

4. HURUF أَلَمْ DAN أَلَمَّا

Untuk memahami kedua huruf ini maka Anda harus memahami dua huruf nafi diatas. Karena huruf أَلَمْ asalnya dari لَمْ, sedangkan أَلَمَّا asalnya dari لَمَّا. Perbedaannya pada dua amil ini ditambah huruf hamzah istifham bermakna TAKRIRI, yaitu penegasan kepada seseorang untuk mengikrarkan suatu kejadian. Contohnya pada surah Al-Fil ayat pertama:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحٰبِ الْفِيلِ
"Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?"
(QS. Al-Fil 105: Ayat 1)

Semoga dapat dipahami.

Dirangkum dari Alfiyah Ibnu Malik dan referensi tambahan
SELENGKAPNYA

Dasar-Dasar Idhofah

Secara teknis, penulis mendefinisikan IDHOFAH sebagai penyandaran (penisbatan) sebuah ISIM kepada ISIM lainnya, untuk memperjelas makna ISIM yang disandarkan tersebut. Mari kita ambil contoh kasus pada jumlah (kalimat) berikut:

* هٰذَا خَاتَمٌ = ini cincin

Kalimah خَاتَمٌ (cincin) adalah isim karena dapat menerima tanwin. Jumlah (kalimat) di atas memang menunjuk sebuah benda yang disebut cincin. Tapi kalimah (kata) خَاتَمٌ disini masih bermakna UMUM, belum jelas diketahui ini cincin apa, milik siapa atau terbuat dari apa. Maka untuk memperjelas maknanya adalah dengan mentaqyid (membatasi) makna umum isim tersebut dengan idhofah.

Contoh I: خَاتَمُ خَالِدٍ = cincinnya Khalid
Contoh II: رَسُوْلُ اللَّهِ = utusan Allah (Rosululloh)

Kalimah (kata) pertama dalam idhofah diatas disebut MUDHOF, sedangkan kalimah kedua disebut MUDHOF ILAIHI. Kedua kalimah pada Contoh I adalah isim karena dapat menerima tanwin. Tetapi kalimah خَاتَمُ kehilangan tanwinnya sebab ia menduduki posisi MUDHOF.

Kaidah Mudhof

  • Isim yang menjadi mudhof tidak boleh dimasuki ال.
  • Mudhof wajib membuang tanwin, jika sebelumnya isim yang menjadi mudhof memiliki tanwin.

Kaidah Mudhof Ilaihi

  • Isim yang menjadi mudhof ilaihi dapat dimasuki ال.
  • Mudhof ilaihi tetap dengan tanwin jika sebelumnya isim yang menjadi mudhof ilaihi memiliki tanwin.
  • Jika mudhof ilaihi dimasuki ال maka wajib membuang tanwin.
  • Mudhof ilahi wajib MAJRUR yaitu harokat KASROH pada huruf terakhir, kecuali jika ia berupa isim ghoiru munshorif.
  • Mudhof ilaihi dari isim ghoiru munshorif wajib MANSHUB yaitu harokat FATHAH pada huruf terakhir, dan tidak bertanwin sekalipun tanpa ال.
  • Jika isim ghoiru munshorif yang menjadi mudhof ilaihi dimasuki ال maka ia wajib MAJRUR.

IDHOFAH SECARA TERSIRAT


Idhofah merupakan salah satu sebab majrur. Oleh sebab itu para ahli ilmu nahwu berkesimpulan bahwa secara tersirat idhofah menyimpan huruf-huruf khofadh yang menyebabkan terjadinya majrur pada mudhof ilaihi, yaitu huruf ل, فِيْ, مِنْ. Oleh karenanya secara makna idhofah dibagi menjadi tiga.

1. Idhofah dengan makna مِنْ

Contohnya هٰذَا خَاتَمُ ذَهَبٍ (ini cincin besi). Idhofah ini menjelaskan sebuah cincin yang terbuat dari material besi. Sehingga takdirannya adalah هٰذَا خَاتَمٌ مِنْ ذَهَبٍ.

2. Idhofah dengan makna فِيْ

Contohnya عُثْمَانُ شَهِيْدُ الدَّارِ ('Utsman Ra. adalah seorang yang mati syahid di rumah). Takdirannya adalah عثْمَانُ شَهِيْدٌ فِيْ الدَّارِ.

3. Idhofah dengan makna ل
 
Contohnya ذٰلِكَ بَيْتُ زَيْدٍ (itu rumahnya Zaid). Takdirannya adalah ذٰلِكَ بَيْتٌ لِزَيْدٍ.

IDHOFAH DENGAN DHOMIR


Idhofah juga dapat disusun dari ISIM + DHOMIR. Ini juga disebut sebagai idhofah bil khofadh atau idhofah bil jar. Berikut contohnya:

- كِتَابُكَ = bukumu
- قَلَمُهُ = penanya
- بَيْتُهُمْ = rumah mereka

Disusun dari Kitab Alfiyah dan referensi lainnya
SELENGKAPNYA

Jika Mutsanna Menjadi Mudhof Atau Dimasuki Dhomir

Apabila kalimat idhofah di dalamnya terdapat isim mutsanna sebagai mudhofnya, maka kaidahnya sebagai berikut:

Mutsanna Menjadi Mudhof Dalam Keadaan ROFA'


Ketika rofa', NUN mutsanna dibuang dan alif ditetapkan. Contohnya:

- Asalnya: مُدَرِّسَانِ = dua bapak guru
- Idhofah: مُدَرِّسَا اللُّغَةِ = dua bapak guru bahasa.

Apabila dimasuki dhomir (selain ya mutakallim) maka bentuknya seperti ini:

- ذَانِكَ مُدَرِّسَاكَ  = itu dua bapak gurumu
- ذَانِكَ مُدَرِّسَاهُ  = itu dua bapak gurunya

Mutsanna Menjadi Mudhof Dalam Keadaan NASHOB atau JAR


Ketika nashob atau jar, NUN dibuang kemudian YA diberi harokat KASROH untuk membedakannya dengan jama' mudzakkar salim ketika mudhof dalam keadaan manshub. Contohnya:

- Asalnya: عَنْ مُدَرِّسَيْنِ = dari dua bapak guru.
- Idhofah manshub: رَأَيْتُ مُدَرِّسَيِ اللُّغَةِ = aku melihat dua bapak guru bahasa.
- Idhofah majrur: عَنْ مُدَرِّسَيِ اللُّغَةِ = dari dua bapak guru bahasa.

Apabila dimasuki dhomir (selain ya mutakallim) maka bentuknya seperti ini:

- عَنْ مُدَرِّسَيْكَ  = dari dua bapak gurumu
- رَأَيْتُ مُدَرِّسَيْكُمْ = aku melihat dua bapak guru kalian
- رَفَعَ يَدَيْهِ = dia mengangkat kedua tangannya

Silahkan belajar untuk memasukkan dhomir lainnya kecuali YA MUTAKALLIM, karena ia memiliki pembahasan tersendiri.

Dirangkum dari berbagai referensi dan melihat matan hadits
SELENGKAPNYA

Ya Mutakallim Pada Isim Maqshur, Isim Manqhus, Mutsanna dan Jama' Mudzakkar Salim

Dhomir YA MUTAKALLIM memiliki pembahasan tersendiri karena cara kerjanya yang berbeda dengan dhomir lainnya. Pada materi ini penulis merangkum kaidah YA MUTAKALLIM ketika memasuki sejumlah isim yang memiliki perlakuan khusus.

1. YA MUTAKALLIM PADA ISIM MAQSHUR


* KAIDAH I: YA MAQSHUR disukun kemudian YA MUTAKALLIM wajib FATHAH. Karena YA SUKUN ketemu YA FATHAH maka ia diidghom sebab sama wujudnya, sehingga menjadi tasydid.

Contoh: هُدًی (petunjuk) menjadi هُدَيَّ (petunjukKU).

* KAIDAH II: Menurut qiro'ah Bani Hudzail, YA MAQSHUR diganti dengan ALIF kemudian YA MUTAKALLIM wajib FATHAH. Kaidah ini yang penulis temukan dalam ayat.

Contoh: هُدًی menjadi هُدَايَ.

* YA MUTAKALLIM menjadi fathah dan mabni baik saat rofa', nashob, jar.

Catatan: Idghom adalah melebur dua huruf yang sama wujudnya atau dua huruf berbeda wujud tapi sama makhrojnya.

2. YA MUTAKALLIM PADA ISIM MANQHUS


* Pada isim manqhus, YA MUTAKALLIM wajib fathah lalu diidghom dengan YA manqhusnya sehingga menjadi tasydid.

Contoh: هَادِي (yang memberi petunjuk / petunjuk) menjadi هَادِيَّ (yang memberi petunjukKU / petunjukKU).

* Ini berlaku saat rofa', nashob dan jar.

3. YA MUTAKALLIM PADA ISIM MUTSANNA


* Ketika rofa', NUN dibuang, ALIF ditetapkan dan YA MUTAKALLIM wajib FATHAH.

Contoh: يَدَانِ (kedua tangan) menjadi يَدَايَ (kedua tanganKU).

* Ketika nashob dan jar, NUN dibuang, YA MUTAKALLIM wajib FATHAH kemudian diidghom dengan YA mutsanna-nya.

Contoh: يَدَيْنِ (kedua tangan) menjadi يَدَيَّ (kedua tanganKU).

4. YA MUTAKALLIM PADA JAMAK MUDZAKKAR SALIM


* Ketika rofa', NUN dibuang, WAW diganti YA SUKUN, huruf terakhir dikasroh, kemudian YA MUTAKALLIM wajib fathah lalu diidghomkan pada YA SUKUN.

Contoh: مُشَارِكُوْنَ (J: menemani / menyertai) menjadi مُشَارِكِيَّ (J: menemaniKU / menyertaiKU).

* Ketika nashob atau jar, NUN dibuang, kemudian YA MUTAKALLIM wajib fathah lalu diidghomkan pada YA jamaknya.

Contoh: بِمُصْرِخِيَّ (J: menolongKU), lihat Q.S Ibrahim : 22. Perhatikanlah bahwa kalimah tersebut diawali huruf jar بِ, sehingga terjemahan lengkapnya yaitu "dengan menolongku"

* Kalau Anda perhatikan bahwa bentuk nashob / jar diatas sama seperti bentuk rofa'nya. Kaidah ini berdasarkan pendepat jumhur qiroa'at.

* Sedangkan menurut qiroa'at Hamzah (sebagian qiro'at), ia dibaca بِمُصْرِخِيِّ (harokatnya kasroh).

* Jika huruf terakhir berharokat fathah dan bukannya dhommah seperti مُصْظَفَوْنَ, gunakan kaidah diatas lalu WAW dibuang menjadi مُصْظَفَيَّ.

Disimpulkan dari Kitab Alfiyah SELENGKAPNYA
Copyright © 2016 BELAJAR NASROF